Aku tidak tau, apa yang harus diucapkan saat sore ini hujan
turun. Aku menunggu semuanya sudah lama, tapi tiba-tiba terhapus oleh hujan
disore ini. Jujur aku sangat marah dengan hujan sore ini, padahal aku sangat
menyukai hujan tapi tidak untuk sore ini. Hujan sore ini menggagalkan semua
yang aku inginkan bertahun-tahun ini. Hujan sore ini membuat aku gagal untuk
meraih semuanya. Hujan sore ini mengahncurkan harapan-harapan yang telah susah
payah aku bangun dalam hari-hariku. Hujan sore ini datang pada waktu yang tidak
tepat.
Tanpa Kata
Seseorang yang pernah tertawa, menangis lalu pernah berbahagia yang selalu mengucapkan Jangan Lupa Bahagia.
Jumat, 22 Juli 2016
Sabtu, 19 Maret 2016
Saya Pengagum Kopi
Saya hanya pengagum kopi, menyukai aroma kopi dan
biji kopi. Hanya pada waktu-waktu tertentu, saya akan meminum kopi. Seperti sore
ini, saya memesan macchiato di salah satu coffe shop. Mochiato itu disajikan didalam
gelas mungil berwarna hijau, sangat elegan terlihat.
Untuk rasa, sebagai orang yang hanya mengagumi
kopi, sudah pasti lidah saya merasakan kopi itu pahit. Itu bagi lidah saya,
tetapi saya yakin bagi penikmat kopi dan pencinta kopi, rasa kopi ini tidak
hanya sekadar pahit. Mungkin bagi mereka kopi ini memiliki rasa lain, mungkin
saja rasa asam atau manis.
Tapi itu bagi mereka, kembali saya hanya merasakan
kopi itu pahit dan sedikit manis ketika saya mencampurkannya dengan brown
sugar.
Bagi saya yang hanya pengagum kopi, meminum kopi akan
membuat perut saya mual dan tubuh saya akan mengeluarkan keringat diingin.
Namun begitu, saya sangat mengagumi kopi.
***
Saya tidak bisa memberikan penjelasan, kenapa saya
mengagumi kopi. Hanya saja kopi memberikan banyak makna, dalam kehidupan yang
saya lalui. Apalagi dalam persoalan hati. Pertemuan, kebersamaan lalu
perpisahan.
Satu hal, bagi saya untuk menikmati kopi, tidak
ditentukan apapun jenis kopinya. Mau itu kopi jenis arabika atau robusta. Bagi
saya kopi sangat nikmat dinikmati sesuai dengan keadaan, tempat dan dengan
siapa meminumnya.
Ada kalanya kopi sangat nikmat, ketika dinikmati
sendiri di salah satu coffe shop dengan alunan musik indie. Seperti yang saya
lakukan saat ini. Tetapi ada waktunya juga kopi sangat nikmat ketika, ngopi
bersama teman-teman di pinggir jalan sambil bernyanyi dan memainkan gitar. Atau
kopi sangat nikmat ketika di minum, disatu pulau dengan cangkir kanso. Dan
masih banyak cara lain, untuk menikmati kopi.
Nikmatilah kopi yang tidak hanya dari rasanya, maka
dengan begitu ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan akan didapatkan. Jangan
pernah mengharapkan kebebasan dalam hidup ini. Apalagi dengan meminum kopi,
karena itu tidak akan mungkin.
Kecuali meminum kopi dengan ditambah sianida.
Itulah kopi dan cara
menikmati kopi, bagi seorang pengagum kopi seperti saya.
Sore Dalam Kerinduan
Sore kembali memanggil, bersamaan dengan rindu
Hai kamu apa kabar?
Entah kenapa, rindu ini, seperti awan senja yang selalu
ingin dinikmati
Hai kamu, jangan diam saja
Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?
Meskipun dalam diam, kita sama-sama merindu
Sama-sama membunuh rindu tepatnya.
Rabu, 09 Maret 2016
Malam Itu
Segala sesuatu harus diiringi dengan kesabaran.
Malam itu saya berada disebuah kafe. Ada banyak bule disana. Mereka menikmati malam dengan bernyanyi, bergoyang dan sembari meminum bir. Mereka tertawa, seolah hidup mereka penuh dengan suka tanpa duka.
Mereka saling bergantian bernyanyi, berlomba meminum bir dari botolnya. Tentunya merekapun mengabadikan momen tersebut dengan kamera smartphone yang ada ditangan.
Malam itu hujan, kafe yang biasanya penuh hanya diisi separo. Sebagian mereka juga sudah mulai pulang. Tapi sebagiannya lagi tetap bernyanyi sambil bergoyang. Tidak hanya lagu western tetapi mereka juga menikmati lagu daerah Indonesia yang dibawakan oleh penyanyi kafe tersebut.
Ada satu yang terlihat menarik bagi saya. Dari semua pengunjung kafe dapat terlihat dari sorotan mata mereka, bahwa mereka sangat menikmati malam jumat yang ditemani hujan. Namun ada sepasang mata, yang berdiri dibelakang dekat tangga. Wanita yang memiliki tato dilengan kanannya, menggunakan baju dres berwarna abu-abu dengan rambut plontos. Sorotan sepasang matanya dipenuhi kesedihan, bibirnya masih bisa tersenyum melihat kegembiraan para bule yang tengah asik bergoyang. Tetapi mata tidak dapat berdusta. Matanya berbicara mengenai kepiluan dan kesedihan. Dan itulah mata kehidupan, yang tidak bisa berbohong.
Jakarta-Jaksa Februari 2016
Malam itu saya berada disebuah kafe. Ada banyak bule disana. Mereka menikmati malam dengan bernyanyi, bergoyang dan sembari meminum bir. Mereka tertawa, seolah hidup mereka penuh dengan suka tanpa duka.
Mereka saling bergantian bernyanyi, berlomba meminum bir dari botolnya. Tentunya merekapun mengabadikan momen tersebut dengan kamera smartphone yang ada ditangan.
Malam itu hujan, kafe yang biasanya penuh hanya diisi separo. Sebagian mereka juga sudah mulai pulang. Tapi sebagiannya lagi tetap bernyanyi sambil bergoyang. Tidak hanya lagu western tetapi mereka juga menikmati lagu daerah Indonesia yang dibawakan oleh penyanyi kafe tersebut.
Ada satu yang terlihat menarik bagi saya. Dari semua pengunjung kafe dapat terlihat dari sorotan mata mereka, bahwa mereka sangat menikmati malam jumat yang ditemani hujan. Namun ada sepasang mata, yang berdiri dibelakang dekat tangga. Wanita yang memiliki tato dilengan kanannya, menggunakan baju dres berwarna abu-abu dengan rambut plontos. Sorotan sepasang matanya dipenuhi kesedihan, bibirnya masih bisa tersenyum melihat kegembiraan para bule yang tengah asik bergoyang. Tetapi mata tidak dapat berdusta. Matanya berbicara mengenai kepiluan dan kesedihan. Dan itulah mata kehidupan, yang tidak bisa berbohong.
Jakarta-Jaksa Februari 2016
Kamis, 18 Februari 2016
Merokok Menghidupkan Atau Membunuh
Banyak orang yang tidak menyukai rokok, tetapi sebenarnya
bukan rokok tepatnya asap rokok. Bagi yang tidak menyukai rokok mereka selalu
beralasan bahwa asap rokok dapat menyebabkan penyakit yang berujung kematian. Pendapat
tersebut mungkin benar.
Tetapi bagi perokok, rokok tersebut dapat memberikan
ketenangan, inspirasi bahkan kebahagiaan bagi yang tengah dirundung oleh rasa
sedih. Rokok bagi perokok ibarat nyawa, semakin perokok menghisap rokoknya,
mereka kembali menemukan nyawa yang hampir melayang. Dan bagi perokok yang
seharinya bekerja dengan membutuhkan kreatifitas, rokok dapat memunculkan
ide-ide menarik.
Dari tulisan ini, tentu pembaca sudah sangat bisa menebak
bahwa penulis adalah seorang perokok. Ya betul sekali. Penulis adalah seorang
yang aktif merokok semenjak enam tahun lalu.
Rokok bagi penulis sangat banyak artiannya, kekadang penulis menganggap
rokok adalah sahabat sejati yang tidak pernah pergi. Penulis juga mengibaratkan
rokok sebagai cinta, karena bagi penulis rokok adalah bukti cinta yang selalu
memberikan ketenangan dengan sukarela, tanpa banyak tanya dan rokok tidak
pernah meninggalkan, tidak seperti cinta yang kadang memiliki tanggal
kadaluarsanya dan harus pergi untuk meninggalkan.
Kadang penulis juga hanya bisa diam melihat orang-orang yang
terlalu berlebihan tidak menyukai rokok. Karena penulis sadar seberapa pun
penjelasan yang diberikan, bagi yang anti rokok akan tetap mengatakan rokok
membunuhmu.
Entahlah, sepertinya membahas mengenai rokok tidak akan
pernah ada habisnya. Penulis hanya ingin mengingatkan bagi perokok, merokoklah
pada tempatnya, jangan sembarangan merokok. Mari kita hargai mereka yang tidak
merokok. Dan bagi yang tidak merokok tolong jangan terlalu berlebihan anti
terhadap rokok, ingat perusahaan rokok termasuk penyumbang pajak yang tinggi
terhadap negara yang sama-sama kita cintai ini. Satu lagi perlu diingat,
perusahaan rokok juga memberikan lapangan kerja yang luas kepada masyarakat di
tanah air ini. Apa jadinya kalau tidak ada yang merokok, kasihan para pekerja yang
bekerja di perusahaan rokok, tentu mereka akan di PHK karena tidak ada yang
merokok lagi. Kalau mereka di PHK, mereka mau kerja dimana? Kecuali pemerintah
memberikan lapangan kerja yang lebih baik terhadap mereka. Tetapi buktinya
pemerintah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam ini lebih memilih
mempekerjakan buruh dari negara asing, bukan?
Sudahlah, penulis tidak mau membahas itu. Penulis hanya
ingin mengingatkan mari kita bersama-sama saling menghargai antara perokok
dengan yang tidak merokok. Tidak perlu kita saling bertengkar. Jaga kesehatan
masing-masing, belum tentu kami yang merokok ini akan mati duluan dari pada anda
yang tidak merokok.
Kembali penulis ingatkan, tulisan ini tujuannya untuk
mengajak saling menghargai.
Mungkin Hanya Waktu
Aku
memberikan dan menyerahkan semua kepada waktu. Biar waktu yang menentukan
bagaimana aku dan kamu kedepan.
Untuk rasa ini sepertinya tak perlu lagi di pertahankan, untuk sebuah rasa yang pernah saling menyayangi biarkan menjadi cerita lalu. Yang sama-sama kita simpan. Tak perlu lagi untuk dibuka atau kembali dirasakan. Biarkan semua lenyap bersama waktu.
Tak perlu lagi kita saling bermusuhan, bertanya atau menjarak. Karena waktu telah membuat kita jauh. Waktu pula yang kembali menyatukan. Tapi itu tentu tanpa rasa.
Biarkan semua pergi tanpa ada dendam.
Kadang kita perlu tertawa, tentang apa yang sudah kita tangisi. Aku tak mau menyimpan dendam luka nan membara. Hanya menyita waktu dan perasaan yang semakin terpuruk.
Aku hanya ingin waktu kembali menyembuhkan, meskipun perlahan. Aku akan terus mencoba bangkit, bukan hanya saja aku tapi kamu.
Aku tak ingin menjadi manusia yang egois, yang seolah merasa disakiti dan dikhianati. Aku pun harus tau apa yang telah aku perbuat. Karena dalam hidup tentu pasti ada sebab dan akibat.
Seandainya waktu kembali mempertemukan kita. Aku hanya ingin kita bisa kembali bersama menikmati senja, malam, hujan bersama kopi atau sebotol bir, yang biasa kita lakukan. Saling berbagi cerita dengan perasaan baru tanpa membawa perasaan yang dulu. Karena dulu telah berakhir dimakan waktu.
Bagaimanapun kamu pernah menjadi cerita tersendiri yang memiliki arti pada masa lalu ku. Dan itu tak akan pernah punah meskipun waktu mencoba untuk membunuhnya.
Untuk rasa ini sepertinya tak perlu lagi di pertahankan, untuk sebuah rasa yang pernah saling menyayangi biarkan menjadi cerita lalu. Yang sama-sama kita simpan. Tak perlu lagi untuk dibuka atau kembali dirasakan. Biarkan semua lenyap bersama waktu.
Tak perlu lagi kita saling bermusuhan, bertanya atau menjarak. Karena waktu telah membuat kita jauh. Waktu pula yang kembali menyatukan. Tapi itu tentu tanpa rasa.
Biarkan semua pergi tanpa ada dendam.
Kadang kita perlu tertawa, tentang apa yang sudah kita tangisi. Aku tak mau menyimpan dendam luka nan membara. Hanya menyita waktu dan perasaan yang semakin terpuruk.
Aku hanya ingin waktu kembali menyembuhkan, meskipun perlahan. Aku akan terus mencoba bangkit, bukan hanya saja aku tapi kamu.
Aku tak ingin menjadi manusia yang egois, yang seolah merasa disakiti dan dikhianati. Aku pun harus tau apa yang telah aku perbuat. Karena dalam hidup tentu pasti ada sebab dan akibat.
Seandainya waktu kembali mempertemukan kita. Aku hanya ingin kita bisa kembali bersama menikmati senja, malam, hujan bersama kopi atau sebotol bir, yang biasa kita lakukan. Saling berbagi cerita dengan perasaan baru tanpa membawa perasaan yang dulu. Karena dulu telah berakhir dimakan waktu.
Bagaimanapun kamu pernah menjadi cerita tersendiri yang memiliki arti pada masa lalu ku. Dan itu tak akan pernah punah meskipun waktu mencoba untuk membunuhnya.
17 Februari
Rindu
Rasa rindu itu wajar, nggak salah. Tetapi rindu
itu akan salah bila kita kembali. Tak mungkin. Meskipun kita pernah bersama
tapi itu hanya dulu.
Sekarang kita punya kehidupan masing-masing. Rasa diantara kita itu hanya masa lalu.
Masa lalu yang tak perlu lagi diselesaikan di masa depan, karena masalah di masa lalu yang diselesaikan pada masa sekarang hanya akan menimbulkan masalah baru.
Kita hanya perlu bersama-sama berlapang hati. Menerima semuanya. Tak perlu lagi mencari pembenaran diantara semua yang telah terlewati. Tak perlu saling merasa disakiti.
Untuk sekarang dan kedepan kita hanyalah kita, tanpa perpaduan antara aku dan kamu. Kita hanyalah dua orang yang saling menikmati senja dengan kopi. Tanpa mengingat semua kenangan yang mana senja dan kopi pernah menjadi sanksi kedekatan kita berdua. Begitupun dengan hujan yang pernah merasakan begitu kehangatan antara kita berdua, disaat kita berpadu antara aku dan kamu.
Kita sekarang hanya aku dan kamu, insan manusia yang sama-sama menikmati, senja, kopi dan hujan gerimis dengan tawa. Mencoba melupakan yang pernah ada dan saling memaafkan.
17 Februari 2016
Sekarang kita punya kehidupan masing-masing. Rasa diantara kita itu hanya masa lalu.
Masa lalu yang tak perlu lagi diselesaikan di masa depan, karena masalah di masa lalu yang diselesaikan pada masa sekarang hanya akan menimbulkan masalah baru.
Kita hanya perlu bersama-sama berlapang hati. Menerima semuanya. Tak perlu lagi mencari pembenaran diantara semua yang telah terlewati. Tak perlu saling merasa disakiti.
Untuk sekarang dan kedepan kita hanyalah kita, tanpa perpaduan antara aku dan kamu. Kita hanyalah dua orang yang saling menikmati senja dengan kopi. Tanpa mengingat semua kenangan yang mana senja dan kopi pernah menjadi sanksi kedekatan kita berdua. Begitupun dengan hujan yang pernah merasakan begitu kehangatan antara kita berdua, disaat kita berpadu antara aku dan kamu.
Kita sekarang hanya aku dan kamu, insan manusia yang sama-sama menikmati, senja, kopi dan hujan gerimis dengan tawa. Mencoba melupakan yang pernah ada dan saling memaafkan.
17 Februari 2016
Langganan:
Postingan (Atom)